Wednesday, August 29, 2012

Jom Puasa 6 Hari di Bulan Syawal...

السلام عليكم ورحمة الله تعالى وبركاته
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Memelihara dan Mentadbirkan sekalian alam...

Setelah puas beraya di kampung.... kembali ke kota untuk menjalankan tugas semula... kalu berpeluang beraya lagi kan best..... Alahaiiii asyik nak beraya je ingatnya....hehehe

Bila dah bersuka ria sakan ni.... kadang ktia terlupa ibadah-ibadah sunat yang boleh dibuat.... apa kata kita sambung puasa balik.... jom kita puasa sunat 6 hari di bulan Syawal yang indah ini..... Moga diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi segala rintangan.... moga kita semua diberkati Allah hendaknya....

Salah satu dari pintu-pintu kebaikan adalah melakukan puasa. Rasulullah S.A.W  bersabda:
 
أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ …

“Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, …” (HR. Tirmidzi, hadits ini hasan shohih)

Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Rasulullah S.A.W  juga bersabda dalam hadits Qudsi:

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)

Oleh karena itu, untuk mendapatkan kecintaan Allah ta’ala, maka lakukanlah puasa sunnah setelah melakukan yang wajib. Di antara puasa sunnah yang Nabi S.A.W  anjurkan setelah melakukan puasa wajib (puasa Ramadhan) adalah puasa enam hari di bulan Syawal.

Dianjurkan untuk Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah S.A.W . Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)

Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah menyatakan makruh. 

Namun pendapat mereka ini lemah karena bertentangan dengan hadits yang tegas ini. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56)

Puasa Syawal, Puasa Seperti Setahun Penuh

Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)

“Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil)

Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa ramadhan adalah selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. 

Puasa syawal adalah enam hari bererti akan sama  dengan 60 hari yang bersamaan dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. 

(Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 dan Syarh Riyadhus Sholihin, 3/465). Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat ini bagi umat Islam.

Niat merupakan azam untuk melakukan sesuatu ibadat, dan letaknya di hati. Jika anda berazam ingin melakukan puasa 6 atau qadha’ puasa sebelum menjelang fajar, maka itulah yang dikatakan niat. Ini sudah memadai dan tidak perlu melakukan lafaz niat. Jika mahu berniat puasa 6 syawal :
 
“sahaja aku puasa sunat bulan syawal kerana Allah swt “.

Menurut sunnah yang sahih, seseorang hendaklah berpuasa enam hari di bulan syawal. Bagi yang mempunyai puasa qada’ (ganti), afdal mendahulukan qada’ puasanya yang ditinggalkan, kemudian diikuti puasa sunat syawal

 Ini kerana, puasa qada’ adalah wajib sedangkan puasa enam syawal adalah sunat. Menurut kaedah usul, perkara wajib hendaklah di dahulukan berbanding perkara sunat.

Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Dilakukan di Awal  Syawal?

Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir 
Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.” 

Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. 

Namun, apabila seseorang berpuasa syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa syawal.

Selain itu, tidak disyaratkan seseorang berpuasa enam secara terus menerus. Dia boleh memisahkan antara hari-hari tersebut kerana tidak ada dalil yang jelas menunjukkan perbuatan salafussoleh berpuasa secara terus menerus. Namun, tidak bermakna ia tidak boleh dilakukan begitu.

Catatan: Apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qodho’ (mengganti) puasa syawal tersebut di bulan Dzulqo’dah. Hal ini tidaklah mengapa. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/466)

Tunaikanlah Qodho’ (Tanggungan) Puasa Terlebih Dahulu

Lebih baik bagi seseorang yang masih memiliki qodho’ puasa Ramadhan untuk menunaikannya daripada melakukan puasa Syawal. Karena tentu saja perkara yang wajib haruslah lebih diutamakan daripada perkara yang sunnah. 

Alasan lainnya adalah karena dalam hadits di atas Nabi S.A.W  mengatakan, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” 

Jadi apabila puasa Ramadhannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh.

Apabila seseorang menunaikan puasa Syawal terlebih dahulu dan masih ada tanggungan puasa, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapatkan ganjaran puasa Syawal karena kita kembali ke perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” (Lihat Syarhul Mumthi’, 3/89, 100)

Catatan: Adapun puasa sunnah selain puasa Syawal, maka boleh seseorang mendahulukannya dari mengqodho’ puasa yang wajib selama masih ada waktu lapang untuk menunaikan puasa sunnah tersebut. Dan puasa sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. 

Tetapi perlu diingat bahwa menunaikan qodho’ puasa tetap lebih utama daripada melakukan puasa sunnah. Hal inilah yang ditekankan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin -semoga Allah merahmati beliau- dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’, 3/89 karena seringnya sebagian orang keliru dalam permasalahan ini.

Kita ambil permisalan dengan shalat dzuhur. Waktu solat tersebut adalah mulai dari matahari bergeser ke barat hingga panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya. Kemudian dia solat di akhir waktu misalnya jam 2 siang karena udzur (halangan). Dalam waktu ini bolehkah dia melakukan solat sunnah kemudian melakukan shalat wajib? Jawabnya boleh, karena waktu shalatnya masih lapang dan solat sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. 

Namun hal ini berbeza dengan puasa syawal kerana puasa ini disyaratkan berpuasa ramadhan untuk mendapatkan ganjaran seperti berpuasa setahun penuh. Maka perhatikanlah perbezaan dalam masalah ini!

Boleh Berniat di Siang Hari dan Boleh Membatalkan Puasa Ketika Melakukan Puasa Sunnah

Permasalahan pertama ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasullallah S.A.W  pernah masuk menemui keluarganya lalu menanyakan: 

“Apakah kalian memiliki sesuatu (yang boleh dimakan)?” Mereka berkata, “tidak” Kemudian Rasulullah S.A.W  mengatakan, “Kalau begitu sekarang, saya puasa.” 

Dari hadits ini berarti seseorang boleh berniat di siang hari ketika melakukan puasa sunnah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga terkadang berpuasa sunnah kemudian beliau membatalkannya sebagaimana dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha dan terdapat dalam kitab An Nasa’i. (Lihat Zadul Ma’ad, 2/79)

Semoga dengan sedikit penjelasan ini dapat mendorong kita melakukan puasa enam hari di bulan Syawal, semoga amalan kita diterima dan bermanfaat pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallaahu ‘alaa nabiyyina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallam

Ada juga yang menyuarakan persoalan hukum membaca niat dua kali. Niat dua kali sebenarnya bukan niat yang kena baca dua kali tetapi kita berniat puasa ganti dan Allah memberi kita pahala atau dua kebaikan iaitu pahala qada puasa dan juga pahala sunat puasa 6.

Semoga amalan puasa qada dan puasa sunat kita tahun ini diterima Allah S.W.T. Paling penting jangan lupa supaya meng’qada’kan puasa terlebih dahulu sebelum berpuasa sunat 6.

Monday, August 27, 2012

Selamat Hari Raya Aidilfitri... Maaf Zahir & Batin

السلام عليكم ورحمة الله تعالى وبركاته
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Memelihara dan Mentadbirkan sekalian alam...


Dikesempatan ini, saya ingin memohon ampun dan maaf, zahir dan batin kepada semua andai ada terkasar bahasa, terguris perasaan, tersalah, tersilap, terlebih, terkurang, tercuit, tercubit, terketuk, tertumbuk, dan segala "ter" yang ada....

Semoga kehadiran Syawal ini membawa beribu kesejahteraan dan keberkatan kepada semua...

 Selamat Hari Raya Aidilfitri 1433H..... Maaf Zahir dan Batin....

Monday, August 13, 2012

Sedih dengan tiba-tiba....

السلام عليكم ورحمة الله تعالى وبركاته
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Memelihara dan Mentadbirkan sekalian alam...

Dalam sedar atau tidak... kita kini menghampiri penghujung Ramadhan.... Sedih dan sayu rasa hati ini... 

Dalam kemeriahan rakan-rakan membuat persiapan Aidilfitri, rasa sedih ini berkunjung di hati... Sedih rasanya... hari ini merupakan hari yang ke 24 Ramadhan.... maknanya lagi 5 hari sahaja lagi Ramadhan akan mengundurkan diri.... 

Normal ke tidak aku ni orang lain happy je nak raya tetiba plak rasa sedihhhh.... huhuhu...

Masakan tidak sedih berpisah dengan bulan yang penuh dengan sifat Pemurah dan Penerima Taubat Allah yang berlipat kali gandanya... Masakan tidak sedih berpisah dengan saat di mana bala tentera syaitan dirantai dan digari.... Masakan tidak sedih berpisah dengan saat pintu syurga dibuka seluasnya dan pintu neraka ditutup serapatnya....Masakan tidak sedih berpisah dengan tempoh masa khusus untuk melahirkan generasi bertaqwa berasaskan kepada hidayah al-Quran.... Semua ganjaran ini hanya ditawarkan terhad sepanjang Ramadhan sahaja....

Ya Allah... moga dikau terima segala amalanku sepanjang bulan barakah ini... dan semoga aku terus dikurniakan Ramadhan di tahun akan datang....


Saya juga tertarik dengan doa yang dibaca oleh Imam Sudais, yang sewajarnya kita baca di penghujung Ramadhan..... 


اللهم اوصلنا الى رمضان كريم اعواما عديدة
Allahumma ausilna ila Ramadan Karim a’waman adidah.
Ya Allah, sampaikanlah (usia kami) hingga ke Ramadan Karim tahun-tahun mendatang.

Apa pun semoga kita semua diberikan kesihatan yang baik dan ketenangan menghadapi penghujung Ramadhan ini, agar kita dapat melipat gandakan amal ibadah kita.... Semoga Ramadhan ini menjadi Ramadhan terbaik untuk kita.....  

Friday, August 10, 2012

10 Malam Terakhir Ramadhan

السلام عليكم ورحمة الله تعالى وبركاته
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Memelihara dan Mentadbirkan sekalian alam...
Hari ini merupakan hari yang ke 21 kita menunaikan ibadah puasa....Ramadhan sudah hampir tiba ke penghujungnya. Wahai muslimin dan muslimat sekalian, rebutlah pahala di sepuluh malam yang terakhir ini
.
Pernah di malam itu al-Quran diturunkan dari Luh Mahfuz ke langit dunia, Baitul Izzah. Mukmin sejati semakin menggiatkan ibadah mereka khususnya di seluruh 10 malam terakhirnya, yakin pahala di salah satu dari malam-malam tersebut digandakan pahalanya sebanyak ibadah yang sama dikerjakan selama 1000 bulan!

Itulah malam Lailatul Qadar. Pada 10 malam tersebut, demi berebut untuk mendapatkannya, Rasulullah S.A.W mengasingkan dirinya dari isteri-isterinya, beriktikaf di dalam Masjid Nabawi, beribadah dan bermunajat kepada Allah S.W.T sambil diikuti oleh para Sahabat R.A.

Diantara ibadah-ibadah yang boleh dilakukan ialah qiamulail, puasa fardhu, berbuka, solat Tarawih, tilawah al-Quran, berdoa, zikir, istighfar, memuhasabah diri, merancang untuk amalan diri dan sebagainya.

Tips

Beberapa tips dalam merebut pahala dan kelebihan malam Lailatul Qadar :

1. Bersedia untuk merebutnya dari sekarang terutama disegi keyakinan, kesungguhan merebut peluang tahunan ini dan merancang kalender harian agar mengosongkan 10 malam-malam terakhir tersebut untuk tujuan itu semata-mata; tidak untuk kesibukan lain.

2. Memahami bahawa dimana jawatan, kedudukan dan kesibukan kita di dunia ini, tujuan utama manusia dijadikan ialah untuk beribadah kepada Allah S.W.T dengan penuh keikhlasan, bersedia untuk hari (Akhirat) yang tiada gunanya lagi harta dan anak-anak, melainkan orang yang bertemu Allah dengan hati yang sejahtera.

3.Luangkan masa untuk Allah.
Kita akan berehat seketika  untuk hampir segala-gala aktiviti didalam hidup. Kenapa tidak kali ini dengan memberi tumpuan kepada menyembahan dan mengucapkan terima kasih kepada Pencipta kita.
Sekurang-kurangnya kita mengambil sedikit masa jika boleh. Berjaga pada waktu malam untuk melakukan Ibadah qiamullail, tidak perlu risau tentang untuk pergi bekerja pada keesokan harinya. Insyallah, ia tidak akan menjejaskan kita pun. Siyes!

4.  I’tikaf.
Ia adalah amalan Rasulullah untuk menghabiskan sepuluh hari terakhir dan malam Ramadan, duduk dalam masjid untuk I’tikaf.
Orang-orang yang beri’tikaf tinggal di masjid sepanjang masa ini, melaksanakan pelbagai bentuk amalan (mengingati Allah), seperti melakukan solat sunat, membaca dan memahami al-Quran. 

5. Amalkan Doa khas ini.
Aishah, ra berkata: Aku pernah bertanya Rasulullah saw: ‘Wahai Rasulullah, jika aku tahu bila malam adalah malam Qadar, apakah yang perlu aku ucapkan semasa doa?’
Baginda berkata: “Katakanlah: Ya Allah, Engkau adalah Pemaaf dan suka memaafkan, maka maafkan aku. ” (Ahmad, Ibn Majah, dan Tirmidzi).

6.Merenung makna al-Quran.
Pilih surah terkini atau surah yang anda pernah mendengar dalam Tarawih dan membaca terjemahan dan Tafsir. Kemudian berfikir secara mendalam tentang makna dan bagaimana ia memberi kesan kepada anda.

7.  Berdoa supaya dosa dihapuskan.
Abu Hurairah meriwayatkan bahawa Rasulullah (Nabi Muhammad) berkata: Sesiapa yang berdiri (mengerjakan sembahyang) pada malam Lailatul Qadar, mengharapkan pahala dari sisi Allah,  semua dosanya pada masa lalu akan diampuni. [Bukhari dan Muslim).
.
Cuba untuk membuat doa anda lebih panjang, lebih mendalam dan bermakna. Jika anda sudah biasa dengan surah yang   panjang, baca terjemahan dan penjelasan. Hayati makna daripada surah.
Ini adalah cara yang baik untuk meningkatkan tumpuan, walaupun dalam sembahyang, di mana ramai daripada kita cenderung untuk menjadi lalai dan / atau mudah terganggu.

8.Buat satu senarai Doa peribadi.
Tanya diri kita apa yang kita benar-benar mahu dari Allah. Buat senarai setiap dan segala-galanya, tidak kira betapa kecil atau berapa besar, sama ada ia berkaitan dengan dunia ini atau tidak. Allah suka mendengar doa dan permintaan daripada kita
.

9. Amalkan Doa Panjang, Ikhlas dan Mendalam
Salah satu masa terbaik untuk melakukan ini ialah pada bahagian terakhir malam.
Abu Huraira ra, berkata bahawa nabi bersabda: Apabila berakhir satu pertiga malam, Allah, Yang Amat Terpuji turun ke langit bumi dan berfirman: Siapakah yang berdoa untuk Ku? Siapa yang berdoa untuk ku memohon apa-apa akan ku perkenankan. Dan yang yang memohon keampunan kepada-Ku, Aku akan memaafkannya. (Bukhari, Muslim).
Bangun satu jam sebelum masa sahur untuk meminta kepada Allah untuk apa-apa dan semua yang kita mahu. Ini boleh dilakukan dengan  doa dalam bahasa kita sendiri ( tidak semestinya bahasa arab ), dengan ikhlas dan keyakinan.

10.Berbuka dengan keluarga
Jika kita selalu menghabiskan masa berbuka pada hari-hari bekerja di dalam pejabat di tempat kerja, kini beberapa hari terakhir Ramadan ini habiskanlah masa berbuka dengan keluarga kita

Semoga Allah mengurniakan ketaqwaan kepada kita setelah menjalani ibadah di bulan Ramadan ini. Kita keluar darinya nanti dengan beroleh rahmah, keampunan dan selamat dari api neraka. Amin.

Tips tersebut adalah sebahagian kecil daripada apa yang boleh dilakukan. Tentukan bagaimana  malam anda, yang lebih baik daripada seribu bulan, yang akan digunakan. Ini akan membantu anda mengelakkan daripada kerugian pada Malam Lailatul-Qadar iaitu dalam 10 hari terakhir.. 

Semoga kita dapat  meraih sebanyak mungkin pahala pada Ramadhan kali ini.. 

Sumber: akuislam.com & iluvislam.com (Thanks)

Thursday, August 2, 2012

Adap-Adap Berpuasa Ramadhan


السلام عليكم ورحمة الله تعالى وبركاته
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Memelihara dan Mentadbirkan sekalian alam...

Bersempena bulan Ramadhan yang mulia ini... mari kira sama-sama meneliti Adap-Adap Berpuasa...

HABIB Abdullah bin Alwi al-Haddad, dalam kitabnya Nashaihud Diniyyah wal Washaayal Imaniyyah berkata: “Orang yang berpuasa mempunyai adab-adab yang puasanya tidak menjadi sempurna, kecuali dengan adanya adab-adab itu. Yang terpenting daripadanya ialah menjaga lidahnya daripada dusta dan ghibah serta membicarakan sesuatu yang tidak perlu baginya. Ia menjaga kedua mata dan telinganya daripada mendengarkan dan memandang sesuatu yang tidak halal baginya serta sesuatu yang dianggap berlebihan.”
Seterusnya, ia menjaga pula dirinya daripada memakan makanan haram dan subahat, khususnya ketika berbuka puasa. Ia berusaha dengan sangat berhati-hati untuk tidak berbuka puasa, kecuali dengan memakan makanan halal lagi tayyibah.
Ulama Salaf berkata: “Apabila engkau berpuasa, lihatlah makanan apa yang engkau makan ketika berbuka dan di tempat mana engkau berbuka. Hal itu merupakan dorongan agar berhati-hati mengenai makanan berbuka puasa.”
Begitu pula orang yang berpuasa harus menjaga semua anggota tubuhnya daripada perbuatan yang tidak perlu. Dengan itu puasanya menjadi sempurna dan bersih.
Banyak orang yang berpuasa memayahkan dirinya dengan lapar dan dahaga. Namun membiarkan anggota tubuhnya berbuat maksiat sehingga merosakkan puasanya dan mensia-siakan kepayahannya.
Nabi SAW bersabda bermaksud: Banyak orang yang berpuasa tetapi puasanya hanya menghasilkan lapar dan dahaga. (riwayat Muslim).
Meninggalkan maksiat adalah wajib bagi orang yang berpuasa mahupun yang tidak berpuasa. Tetapi orang yang berpuasa lebih utama untuk berhati-hati dan lebih wajib.
Nabi SAW bersabda bermaksud: Puasa itu perisai. Maka pada hari kamu berpuasa, janganlah ia berkata-kata dan jangan berbuat kefasikan serta jangan menganggu orang lain. Jika ada orang memakinya atau memusuhinya, maka katakanlah, sesungguhnya aku berpuasa. (riwayat Bukhari dan Muslim).
Termasuk adab orang berpuasa ialah tidak banyak tidur di siang hari dan tidak banyak makan di waktu malam. Hendaklah ia makan sekadarnya sehingga ia merasakan sentuhan lapar dan dahaga supaya jiwanya menjadi baik dan nafsunya menjadi lemah serta hatinya menjadi terang. Itu rahsia puasa dan tujuannya.
Hendaknya orang yang berpuasa menjauhi kesenangan hawa nafsunya serta kenikmatan melampau. Latihan dan menjauhi keinginan nafsu menimbulkan pengaruh besar dalam menerangi hati dan secara khusus dituntut di bulan Ramadan.
Adapun orang -orang yang menjadikan bersenang-senang dan hidup mewah di bulan Ramadan, hal itu merupakan tipu daya syaitan agar mereka tidak merasakan keberkatan puasa mereka.

Kita juga dianjurkan untuk memenuhi adap-adap lain ketika berpuasa seperti:

1. Berbuka apabila masuk waktu maghrib.
Diriwayatkan dari Umar bin al-khattab RA, telah bersabda Rasulullah SAW: Apabila malam sudah tiba dari arah sini dan siang telah pergi dari arah sini, sedang matahari sudah terbenam, maka orang yang berpuasa boleh berbuka.
(Hadis riwayat Bukhari & Muslim)

 2. Mendahulukan makan dari solat Maghrib.
Diriwayatkan dari Anas, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Apabila makan malam telah disediakan, maka mulailah makan sebelum solat Maghrib, janganlah mendahulukan solat daripada makan malam itu (yang sudah terhidang).(Hadis riwayat Bukhari & Muslim)

3. Mempercepatkan waktu berbuka.
Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad: Sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: Manusia (Umat Islam) masih dalam keadaan baik selama mentakjilkan (menyegerakan) berbuka.(Hadis riwayat Bukhari & Muslim)

4. Berbuka dengan memakan beberapa ruthaab (kurma basah) sebelum solat.
Diriwayatkan dari Anas RA, ia berkata: Rasulullah SAW berbuka dengan makan beberapa ruthaab sebelum solat, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, kalau tidak ada maka dengan meneguk air beberapa teguk.(Hadis riwayat Abu Daud & al-Hakim)

5. Menyediakan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa sekalipun dengan beberapa biji tamar atau segelas air.
Sabda baginda SAW: “Sesiapa yang menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa baginya ganjaran seumpama pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahalanya (orang yang berpuasa)”.
(Hadis riwayat al-Baihaqi & Ibnu Khuzaimah)

6. Membaca doa berbuka puasa. Doanya adalah seperti berikut:
Allahumma laka somtu wa bika aamantu wa ‘alaa rizqika afthartu birahmatika ya arhamarrohimin

Maksudnya: Ya Allah bagi Engkau aku berpuasa dan dengan Engkau beriman aku dengan rezeki Engkau aku berbuka dengan rahmat Engkau wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.

7. Tidak makan dengan sifat tamak dan gelojoh. Seharusnya kita menghayati doa yang kita baca sebelum berbuka yang mana kita dapat berbuka puasa dengan rahmat Allah dan apa yang dimakan adalah rezeki dariNya. Kita perlu bersyukur dengan pemberiannya. Sebaik-baiknya makanlah sekadar yang perlu agar ianya tidak memudaratkan diri dan mengganggu kita menjalani ibadah pada sebelah malam.

8. Mengelakkan pembaziran dalam penyediaan juadah berbuka. Salah satu daripada hikmah difardhukan ibadah puasa adalah supaya kita dapat berjimat cermat. Tidak seharusnya kita berbelanja besar semata-mata untuk menyediakan juadah berbuka. Adalah lebih afdhal sekiranya sebahagian peruntukkan yang ada digunakan untuk bersedekah.

Semoga kita dilimpahi dengan keberkatan dan mencapai tahap ketaqwaan melalui ibadah puasa ini...Insya'Allah...